Saturday, March 9, 2019


Penyakit Berbasis Lingkungan "DIARE"


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini penyakit diare atau sering juga disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah kesehatan utama setiap orang di negara-negara berkembang termasuk masyarakat di Indonesia, karena kurangnya pemahaman dan penyuluhan tentang penyebab diare. Melihat kondisi negara Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan, penyakit diare masih menjadi penyakit yang sering menyerang masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat kita yang masih belum menyadari akan pentingnya sarana air bersih (Nursalam, 2005).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2013 terjadi 10 kali KLB diare yang tersebar di 8 provinsi, 8 kota/kabupaten dengan CFR 1.08% sebanyak 646 orang penderita terdapat 7 orang meninggal karena diare (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 2.5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Penyakit diare berhubungan erat dengan kualitas sanitasi lingkungan individu dan perilaku hidup bersih sehat. Cakupan penemuan kasus masih rentah terutama pada balita. Demikian pula dengan pencatatan dan pelaporan kasus dari setiap institusi kesehatan masih belum optimal, sehingga kasus terlaporkan belum dapat menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare perlu diketahui factor-faktor yang berkaitan dengan kejadian diare. Faktor yang diduga erat dengan kejadian diare meliputi keadaan lingkungan, pelayanan masyarakat, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, dan keadaan social ekonomi (Widoyono, 2008).
Tingginya angka kejadian diare balita juga merupakan masalah yang penting di masyarakat sehingga perlu untuk didapatkan data yang memadai. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan diare perlu digali untuk memberikan wawasan dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat akan pentingnya pencegahan kejadian diare tersebut.
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu factor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan  penduduk. Salah satu factor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Sanitasi lingkungan yang buruk dapat memicu terjadinya penyakit diare dimana interaksi antara penyakit, manusia dan lingkungan yang mengakibatkan perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Peran factor lingkungan (air, makanan, lalat), enterobakteri, parasite usus, virus, dan jamur telah secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemologis sebagai penyebab penyakit diare.
B.     Tujuan Diagnosis Diare
1.      Untuk mengetahui proses kejadian diare
2.      Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah diare

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Dinamika Transmisi Diare
a.      Agen Penyebab
Diare disebabkan oleh beberapa factor biologis agen penyakit, diantaranya :
1. Virus, seperti Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. Misalnya influenza dan travelles diarrhea yang disebabkan antara lain oleh rotavirus. Rotavirus adalah salah satu virus penyebab diare, selain Norwalk virus, cytomegalovirus, virus herpes simplex, dan virus hepatitis. Virus ini pertama kali ditemukan oleh Ruth Bishop dari Australia pada 1976.
2.  Diare bacterial (invasive), seperti E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter dan sebagainya agak sering terjadi tetapi mulai berkurang berhubung semakin meningkatnya derajat hygiene masyarakat. Bakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya pada bahan makanan yang terinfeksi kuman menjadi invasive dan menyerbu kedalam mukosa.
a. Campylobacter merupakan salah satu bakteri penyebab diare yang dapat menginfeksi manusia dan hewan, khususnya unggas. Infeksi campylobacter biasanya tidak terjadi langsung dari penderita ke manusia, namun melewati media perantara yang berupa makanan, seperti daging yang tidak dimasak dengan benar, produk-produk susu dan keju yang tidak dipasteurisasi, atau air yang terkontaminasi. Untungnya, bakteri penyebab diare ini cenderung lemah di udara luar. Bakteri akan bertahan pada suhu tubuh, namun dapat mati jika terpapar oksigen atau berada dalam lingkungan yang kering. 
b.   Selain Campylobacter, bakteri penyebab diare yang lainnya adalah Salmonella. Bakteri ini sering ditemukan pada daging mentah atau pada produk-produk berbahan dasar susu. Salmonella juga sering ditemukan pada hewan reptilia. Setelah infeksi pada tubuh, Salmonella dapat berkembang dengan cepat, dan gejala dapat muncul dalam rentang waktu 12 jam hingga 3 hari, dan dapat bertahan hingga tujuh hari. Salmonella merupakan bakteri yang cukup lemah. Bakteri ini dapat mati pada suhu tinggi sehingga untuk membunuhnya, cukup masak bahan-bahan makanan yang akan Anda makan. 
c.    Bakteri lainnya adalah Shigella. Bakteri jenis ini sering kali menyebabkan diare yang disertai dengan darah. Tidak seperti bakteri penyebab diare lainnya, Shigella dapat berpindah dari manusia kemanusia. Biasanya kasus diare karena Shigella muncul di dalam komunitas dengan gaya hidup yang kurang higienis. Bakteri ini hidup di air dan dapat menempel pada makanan. Shigella dapat dengan mudah dihindari apabila Anda rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun. 
d.  Satu jenis bakteri lain yang sering ditemukan pada kasus-kasus diarea dalah bakteri E. Coli. Kebanyakan bakteri E. Coli tidak berbahaya, dan seringkali hidup dalam saluran pencernaan manusia. Namun, beberapa jenis bakteri ini dapat mengeluarkan racun yang menimbulkan infeksi yang akut, dan menyebabkan diare. Umumnya, infeksi terjadi pada anak-anak. Seperti halnya Shigella, bakteri ini juga dapat berpindah dari manusia kemanusia. 
3.  Parasit seperti cacing (Ascaris Lumbricoides, Strongyloides stercolaris, Capillaria philippinensis, Tricinella Spilaris)
a.       Cacing Ascaris Lumbricoides adalah nama latin dari cacing gelang yang hidup di usus manusia. Ascaris termaksud parasite dalam tubuh manusia dari jenis roundworms. Cacing ini seringnya berada pada lingkungan yang tidak bersih dan tinggal di wilayah beriklim hangat. Gejala yang akan muncul saat Ascaris menyerang bagian usus salah satunya Diare.
b.  Cacing Stongyloides Stercoralis dapat menginfeksi manusia melalui kulit oleh larva cacing yang bersifat sangat infektif. Larva cacing Strongyloides dapat menembus organ tubuh manusia, kemudian mencapai usus dan bersarang di usus.
c.     Cacing Capillaria philippinensis tinggal di usus kecil manusia menyebabkan diare dan malabsorpsi.
d.  Trichinella spiralis merupakan nematoda yang dapat menginfestasi melalui makanan, umumnya daging babi yang terkontaminasi. Manusia sebagai inang definitive ditumpangi cacing dewasa, dan menjadi inang perantara ketika larva menginfestasi otot-otot.
4.    Jamur seperti  Candida Albicans yang sering terjadi di daerah sub-tropis. Diare ini    bercirikan cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama dari satu minggu.
5.   Enterotoksin, diare akibat enterotoksin lebih jarang terjadi, penyebabnya adalah kuman yang membentuk enterotoksin yang bersifat self imiting yang akan sembuh dengan sendirinya kurang lebih lima hari.

b.      Sumber Penularan
a)      Penularan secara langsung
Penyakti diare dapat ditularkan oleh kuman, dari orang satu ke orang lain secara langsung melalui fecal-oral dengan media penularan utama adalah makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono, 1991). Penderita diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja tidak baik dilakukan pada jamban yang tertutup, maka berpotensi sebagai sumber penularan.
b)     Penularan secara tidak langsung
Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare (Suharyono, 1991).
Penularan penyakit diare dapat terjadi antara lain melalui: air yang terkontaminasi oleh bakteri, makanan yang terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan bakteri, dan melalui tanah yang terkontaminasi.
c.       Media Transmisi
Mekanisme penularan penyakit diare dapat melalui beberapa media, yaitu:
1.      Tinja
Tinja yang terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja dihinggapi binatang terutama lalat, kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, bila makanan tersebut dikonsumsi seseorang maka dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare.
2.      Air
Air merupakan media penularan penyakit diare yang utama, disebut sebagai waterborndisease atau waterrelareddisese. Air yang tercemar oleh kuman baik dari sumbernya, selama perjalanan sampai ke rumah, atau saat disimpan di dalam rumah bila dikonsumsi sebagai air minum dapat menularkan kuman penyebab penyakit diare.
3.      Tangan yang tercemar
Tangan seseorang yang terkontaminasi/tercemar kuman, seperti tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, setelah menceboki anak, atau setelah memegang sesuatu yang kotor maka bila langsung memegang makanan maka kuman akan ikut masuk ke dalam saluranpencernaan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare.
4.      Tanah dan peralatan makan/minum
Tanah atau peralatan makan/minum yang tercemar atau terkontaminasikuman, misalnya karena tanah tercemar tinja, air untuk mencuci alatmakan/minum tercemar, atau mencuci alat yang tidak bersih, maka kumanyang menempel pada alat makan atau minum akan ikut menempel padamakanan atau minuman yang diletakkan di situ. Demikian juga bila tanahyang tercemar ditumbuhi tanaman sayuran, bila sayuran, makanan danminuman tersebut tertelan, maka dapat menyebabkan terjadinya diare.
d.      Kejadian / Perilaku Pemajanan
Perilaku pemajanan penyakit diare dipengaruhi oleh :
1.      Umur (Sistem kekebalan)
Kebanyakan yang terkena penyakit diare adalah bayi yg berusia 1-5 tahun. Karena pada usia ini bayi belum mengetahui apa-apa (belum bisa membedakan yang bersih dan yang kotor) dan terkadang bayi itu suka memasukkan tangan, mainan ataupun yang lainnya ke dalam mulut tanpa mengetahui kebersihannya

2.      Perilaku kurang higinies
Bayi juga merupakan salah satu yang terkena penyakit diare akibat perilaku kurang bersih. Dimana dalam hal ini adalah pemberian ASI. Orang tua yang kurang menjaga kebersihan tubuhnya dapat mengakibatkan bayinya sakit diare. Dan penggunaan botol susu bayi juga dapat menyebabkan bayi sakit diare, karena botol susah dibersihkan. Selain itu, perilaku tidak mencuci tangan (sebelum makanan, setelah BAB, dll)  juga dapat menyebabkan sakit diare.

B.     Gambar Model Transmisi Diare




BAB III
PEMBAHASAN
A.    Proses Kejadian Diare
a.       Agent
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral atara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita. Penyebaran tidak langsung terjadi melalui perantara yaitu air atau vektor binatang seperti lalat, tikus, kecoa dan lain-lain. Binatang tersebut dapat menjadi penyebaran kuman tidak langsung karena kontak langsung dengan feses yang mengandung kuman penyebab diare lalu mengkontaminasi makanan dan minuman.
b.      Media transmisi 
1)     Lingkungan biologis seperti vektor penyakit tertentu terutamapenyakit menular. 
2)   Keadaan iklim yang dapat mempengaruhi diare seperti curahhujan yang tinggi dapat menimbulkan sumber air dapat tercemar, suhu udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi tumbuh kembang mikroorganisme dan vektor. 
3)      Diare biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk
c.       Host atau penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare 
1)   Keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri.  Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk
2)   Kebiasaan hidup yang tidak sehat, misalnya memberikan susu formula dalam botol kepada bayi, karena memakai botol akan meningkatkan risiko pencemaran kuman dan menimbulkan diare. 
3)      Gizi kurang.
4)      Tidak mendapatkan ASI sehingga mempengaruhi kondisi imunitas tubuh.

B.     Alternatif Pemecahan Diare
1. Pembuatan sumber air bersih yang mengalir guna menunjang kegiatan mencuci tangandengan baik dan benar.
2.     Memfasilitasi WC umum untuk masyarakat.
3. Makan Makanan BersihGaya hidup tidak sehat seperti makan sembarangan bisa mengakibatkan terkena diare. Oleh sebab itu memakan makanan yang bersih dan terhindar dari hinggapan lalat bisa mengatasi diare secara tepat.
4.    Penyuluhan tentang mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar, serta penyuluhan untuk melakukan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1. Proses kejadian diare melalui beberapa simpul, yaitu: agent, media transmisi, dan host atau penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.
2. Alternatif pemecahan masalah diare, yaitu sebagai berikut:
1)     Pembuatan sumber air bersih yang mengalir guna menunjang kegiatan mencuci tangan dengan baik dan benar.
2)     Memfasilitasi WC umum untuk masyarakat.
3)  Makan Makanan Bersih. Gaya hidup tidak sehat seperti makan sembarangan bisa mengakibatkan terkena diare. Oleh sebab itu memakan makanan yang bersih dan terhindar dari hinggapan lalat bisa mengatasi diare secara tepat.
4) Penyuluhan tentang mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar, serta penyuluhan untuk melakukan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

B.     Saran
Sebaiknya kita menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah kejadian diare terutama pada anak kita.


No comments:

Post a Comment