Penyakit Berbasis Lingkungan "DIARE"
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit diare masih sering menimbulkan
KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang
singkat. Sampai saat ini penyakit diare atau sering juga disebut
gastroenteritis, masih merupakan masalah kesehatan utama setiap orang di
negara-negara berkembang termasuk masyarakat di Indonesia, karena kurangnya pemahaman
dan penyuluhan tentang penyebab diare. Melihat kondisi negara Indonesia yang
sebagian besar penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan, penyakit diare
masih menjadi penyakit yang sering menyerang masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan
masyarakat kita yang masih belum menyadari akan pentingnya sarana air bersih
(Nursalam, 2005).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Pada tahun 2013 terjadi 10 kali KLB diare yang tersebar di 8 provinsi, 8
kota/kabupaten dengan CFR 1.08% sebanyak 646 orang penderita terdapat 7 orang
meninggal karena diare (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan pola penyebab
kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi
2.5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian
peringkat ke-3 (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Penyakit diare berhubungan erat dengan kualitas
sanitasi lingkungan individu dan perilaku hidup bersih sehat. Cakupan penemuan kasus
masih rentah terutama pada balita. Demikian pula dengan pencatatan dan pelaporan
kasus dari setiap institusi kesehatan masih belum optimal, sehingga kasus terlaporkan
belum dapat menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat. Menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat diare perlu diketahui factor-faktor yang
berkaitan dengan kejadian diare. Faktor yang diduga erat dengan kejadian diare meliputi
keadaan lingkungan, pelayanan masyarakat, keadaan gizi, kependudukan,
pendidikan, dan keadaan social ekonomi (Widoyono, 2008).
Tingginya angka kejadian diare balita
juga merupakan masalah yang penting di masyarakat sehingga perlu untuk
didapatkan data yang memadai. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan diare perlu
digali untuk memberikan wawasan dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat
akan pentingnya pencegahan kejadian diare tersebut.
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
merupakan salah satu factor penting untuk mendukung peningkatan status
kesehatan penduduk. Salah satu factor penting
lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan
yang tercermin antara lain akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar.
Sanitasi lingkungan yang buruk dapat memicu terjadinya penyakit diare dimana interaksi
antara penyakit, manusia dan lingkungan yang mengakibatkan perlu diperhatikan dalam
penanggulangan diare. Peran factor lingkungan (air, makanan, lalat),
enterobakteri, parasite usus, virus, dan jamur telah secara klasik dibuktikan pada
berbagai penyelidikan epidemologis sebagai penyebab penyakit diare.
B.
Tujuan
Diagnosis Diare
1. Untuk
mengetahui proses kejadian diare
2. Untuk
mengetahui alternatif pemecahan masalah diare
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Dinamika
Transmisi Diare
a.
Agen
Penyebab
Diare disebabkan oleh beberapa factor
biologis agen penyakit, diantaranya :
1. Virus,
seperti Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. Misalnya influenza dan travelles
diarrhea yang disebabkan antara lain oleh rotavirus. Rotavirus adalah salah
satu virus penyebab diare, selain Norwalk virus, cytomegalovirus, virus herpes
simplex, dan virus hepatitis. Virus ini pertama kali ditemukan oleh Ruth Bishop
dari Australia pada 1976.
2. Diare
bacterial (invasive), seperti E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter dan sebagainya
agak sering terjadi tetapi mulai berkurang berhubung semakin meningkatnya derajat
hygiene masyarakat. Bakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya pada bahan
makanan yang terinfeksi kuman menjadi invasive dan menyerbu kedalam mukosa.
a. Campylobacter
merupakan salah satu bakteri penyebab diare yang dapat menginfeksi manusia dan hewan,
khususnya unggas. Infeksi campylobacter biasanya tidak terjadi langsung dari penderita
ke manusia, namun melewati media perantara yang berupa makanan, seperti daging
yang tidak dimasak dengan benar, produk-produk susu dan keju yang tidak dipasteurisasi,
atau air yang terkontaminasi. Untungnya, bakteri penyebab diare ini cenderung lemah
di udara luar. Bakteri akan bertahan pada suhu tubuh, namun dapat mati jika terpapar
oksigen atau berada dalam lingkungan yang kering.
b. Selain
Campylobacter, bakteri penyebab diare yang lainnya adalah Salmonella. Bakteri ini
sering ditemukan pada daging mentah atau pada produk-produk berbahan dasar susu.
Salmonella juga sering ditemukan pada hewan reptilia. Setelah infeksi pada tubuh,
Salmonella dapat berkembang dengan cepat, dan gejala dapat muncul dalam rentang
waktu 12 jam hingga 3 hari, dan dapat bertahan hingga tujuh hari. Salmonella
merupakan bakteri yang cukup lemah. Bakteri ini dapat mati pada suhu tinggi sehingga
untuk membunuhnya, cukup masak bahan-bahan makanan yang akan Anda makan.
c. Bakteri
lainnya adalah Shigella. Bakteri jenis ini sering kali menyebabkan diare yang
disertai dengan darah. Tidak seperti bakteri penyebab diare lainnya, Shigella dapat
berpindah dari manusia kemanusia. Biasanya kasus diare karena Shigella muncul
di dalam komunitas dengan gaya hidup yang kurang higienis. Bakteri ini hidup di
air dan dapat menempel pada makanan. Shigella dapat dengan mudah dihindari apabila
Anda rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
d. Satu
jenis bakteri lain yang sering ditemukan pada kasus-kasus diarea dalah bakteri
E. Coli. Kebanyakan bakteri E. Coli tidak berbahaya, dan seringkali hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Namun, beberapa jenis bakteri ini dapat mengeluarkan
racun yang menimbulkan infeksi yang akut, dan menyebabkan diare. Umumnya,
infeksi terjadi pada anak-anak. Seperti halnya Shigella, bakteri ini juga dapat
berpindah dari manusia kemanusia.
3. Parasit
seperti cacing (Ascaris Lumbricoides, Strongyloides stercolaris, Capillaria philippinensis,
Tricinella Spilaris)
a. Cacing
Ascaris Lumbricoides adalah nama latin dari cacing gelang yang hidup di usus manusia.
Ascaris termaksud parasite dalam tubuh manusia dari jenis roundworms. Cacing ini
seringnya berada pada lingkungan yang tidak bersih dan tinggal di wilayah beriklim
hangat. Gejala yang akan muncul saat Ascaris menyerang bagian usus salah satunya
Diare.
b. Cacing
Stongyloides Stercoralis dapat menginfeksi manusia melalui kulit oleh larva
cacing yang bersifat sangat infektif. Larva cacing Strongyloides dapat menembus
organ tubuh manusia, kemudian mencapai usus dan bersarang di usus.
c. Cacing
Capillaria philippinensis tinggal di usus kecil manusia menyebabkan diare dan malabsorpsi.
d. Trichinella
spiralis merupakan nematoda yang dapat menginfestasi melalui makanan, umumnya daging
babi yang terkontaminasi. Manusia sebagai inang definitive ditumpangi cacing dewasa,
dan menjadi inang perantara ketika larva menginfestasi otot-otot.
4. Jamur
seperti Candida Albicans yang sering terjadi
di daerah sub-tropis. Diare ini bercirikan cairan yang intermiten dan bertahan lebih
lama dari satu minggu.
5. Enterotoksin,
diare akibat enterotoksin lebih jarang terjadi, penyebabnya adalah kuman yang
membentuk enterotoksin yang bersifat self imiting yang akan sembuh dengan sendirinya
kurang lebih lima hari.
b.
Sumber
Penularan
a)
Penularan
secara langsung
Penyakti
diare dapat ditularkan oleh kuman, dari orang satu ke orang lain secara
langsung melalui fecal-oral dengan media penularan utama adalah makanan atau
minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono, 1991). Penderita
diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja tidak
baik dilakukan pada jamban yang tertutup, maka berpotensi sebagai sumber
penularan.
b)
Penularan
secara tidak langsung
Penyakit
diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air yang
tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa direbus
atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang
memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare (Suharyono, 1991).
Penularan penyakit diare dapat terjadi antara
lain melalui: air yang terkontaminasi oleh bakteri, makanan yang terkontaminasi
bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan bakteri,
dan melalui tanah yang terkontaminasi.
c.
Media
Transmisi
Mekanisme penularan penyakit diare
dapat melalui beberapa media, yaitu:
1.
Tinja
Tinja yang terinfeksi mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar. Bila tinja dihinggapi binatang terutama lalat, kemudian
binatang tersebut hinggap di makanan, bila makanan tersebut dikonsumsi
seseorang maka dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare.
2.
Air
Air merupakan media penularan penyakit diare yang
utama, disebut sebagai waterborndisease atau waterrelareddisese. Air yang
tercemar oleh kuman baik dari sumbernya, selama perjalanan sampai ke rumah,
atau saat disimpan di dalam rumah bila dikonsumsi sebagai air minum dapat
menularkan kuman penyebab penyakit diare.
3.
Tangan yang tercemar
Tangan seseorang yang terkontaminasi/tercemar kuman,
seperti tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, setelah
menceboki anak, atau setelah memegang sesuatu yang kotor maka bila langsung
memegang makanan maka kuman akan ikut masuk ke dalam saluranpencernaan yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare.
4.
Tanah dan peralatan makan/minum
Tanah atau peralatan makan/minum yang tercemar atau
terkontaminasikuman, misalnya karena tanah tercemar tinja, air untuk mencuci
alatmakan/minum tercemar, atau mencuci alat yang tidak bersih, maka kumanyang
menempel pada alat makan atau minum akan ikut menempel padamakanan atau minuman
yang diletakkan di situ. Demikian juga bila tanahyang tercemar ditumbuhi
tanaman sayuran, bila sayuran, makanan danminuman tersebut tertelan, maka dapat
menyebabkan terjadinya diare.
d.
Kejadian
/ Perilaku Pemajanan
Perilaku
pemajanan penyakit diare dipengaruhi oleh :
1.
Umur (Sistem kekebalan)
Kebanyakan yang terkena penyakit diare adalah bayi yg
berusia 1-5 tahun. Karena pada usia ini bayi belum mengetahui apa-apa (belum
bisa membedakan yang bersih dan yang kotor) dan terkadang bayi itu suka
memasukkan tangan, mainan ataupun yang lainnya ke dalam mulut tanpa mengetahui
kebersihannya
2.
Perilaku kurang higinies
Bayi juga merupakan salah satu yang terkena penyakit
diare akibat perilaku kurang bersih. Dimana dalam hal ini adalah pemberian ASI.
Orang tua yang kurang menjaga kebersihan tubuhnya dapat mengakibatkan bayinya
sakit diare. Dan penggunaan botol susu bayi juga dapat menyebabkan bayi sakit
diare, karena botol susah dibersihkan. Selain itu, perilaku tidak mencuci
tangan (sebelum makanan, setelah BAB, dll)
juga dapat menyebabkan sakit diare.
B.
Gambar
Model Transmisi Diare
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Proses
Kejadian Diare
a. Agent
Kuman
penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral atara lain melalui makanan
dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Penyebaran tidak langsung terjadi melalui perantara yaitu air atau vektor
binatang seperti lalat, tikus, kecoa dan lain-lain. Binatang tersebut dapat
menjadi penyebaran kuman tidak langsung karena kontak langsung dengan feses
yang mengandung kuman penyebab diare lalu mengkontaminasi makanan dan minuman.
b. Media
transmisi
1) Lingkungan
biologis seperti vektor penyakit tertentu terutamapenyakit menular.
2) Keadaan
iklim yang dapat mempengaruhi diare seperti curahhujan yang tinggi dapat
menimbulkan sumber air dapat tercemar, suhu udara dan kelembaban udara yang
mempengaruhi tumbuh kembang mikroorganisme dan vektor.
3) Diare
biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk
c. Host
atau penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
1) Keadaan
imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam
tubuh sendiri. Kebiasaan hidup dan
kehidupan sosial sehari-hari termasuk
2) Kebiasaan
hidup yang tidak sehat, misalnya memberikan susu formula dalam botol kepada
bayi, karena memakai botol akan meningkatkan risiko pencemaran kuman dan
menimbulkan diare.
3) Gizi
kurang.
4) Tidak
mendapatkan ASI sehingga mempengaruhi kondisi imunitas tubuh.
B.
Alternatif
Pemecahan Diare
1. Pembuatan
sumber air bersih yang mengalir guna menunjang kegiatan mencuci tangandengan
baik dan benar.
2. Memfasilitasi
WC umum untuk masyarakat.
3. Makan
Makanan Bersih. Gaya hidup tidak sehat seperti
makan sembarangan bisa mengakibatkan terkena diare. Oleh sebab itu memakan
makanan yang bersih dan terhindar dari hinggapan lalat bisa mengatasi diare
secara tepat.
4. Penyuluhan
tentang mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar, serta penyuluhan
untuk melakukan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Proses kejadian diare melalui beberapa simpul, yaitu: agent, media transmisi,
dan host atau penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.
2. Alternatif pemecahan masalah diare, yaitu sebagai berikut:
1) Pembuatan
sumber air bersih yang mengalir guna menunjang kegiatan mencuci tangan dengan
baik dan benar.
2) Memfasilitasi
WC umum untuk masyarakat.
3) Makan
Makanan Bersih. Gaya hidup tidak sehat seperti
makan sembarangan bisa mengakibatkan terkena diare. Oleh sebab itu memakan
makanan yang bersih dan terhindar dari hinggapan lalat bisa mengatasi diare
secara tepat.
4) Penyuluhan
tentang mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar, serta penyuluhan
untuk melakukan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
B.
Saran
Sebaiknya
kita menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah kejadian diare
terutama pada anak kita.
No comments:
Post a Comment