Hari, tanggal : Senin, 8 April 2018
Tempat : Laboratorium Kimia
A.
DASAR
TEORI
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih
tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks merupakan senyawa
kimia dengan nama natrium tetraborat (NaB4O710H20).
Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat deterjen,
mengurangi kesadarahan air dan antiseptic.
Boraks dapat memperbaiki tekstur makanan
sehingga menghasilkan rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas.
Dengan kemampuan tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan
yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya seperti mie
basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak dengan ciri-cirinya tekstur sangat
kenyal, tidak lengket, dan tidak mudah putus pada mie basah. Namun begitu
boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi
manusia karena bersifat racun
Boraks dijual dipasarkan dengan label bleng,
dengan maksud menyamarkan identitas aslinya. Bleng ini dapat dibeli dengan
harga murah dan didapat dengan mudah, sehingga masyakat banyak menggunakan
bahan berbahaya ini. Boraks beracun terhadap semua sel, bila
tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan
hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ
paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan orang lain. Dosis fatal untuk
dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g.
B.
HASIL
Dari praktikum yang
telah dilakukan, hasil yang didapatkan pada sampel “lontong” untuk pemeriksaan
boraks, didapatkan kandungan boraks sebesar 50 mg/l
pada skala warna tes KIT
C.
ANALISA HASIL
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilakukan, kami dapat
menganalisa bahwa sampel lontong tersebut
tidak
layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum, setelah dilakukan uji kimia. Adapun Ciri-ciri
fisik dari jajanan tersebut yang mengindikasikan adanya kandungan Boraks adalah
keras, tidak dikerumuni lalat, dan elastis. Peraturan yang melarang
penggunaan Boraks adalah Permenkes Nomor 033
Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Boraks
yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara
kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks
dalam tubuh menjadi tinggi. Penggunaan boraks dalam jangka panjang dapat
menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan
pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma
bahkan kematian. Meskipun bukan pengawet makanan,
Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti
lontong. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur
makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan
D.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji boraks pada lontong yang telah kami uji
ternyata mengandung boraks sebesar 50 mg/l
sehingga tidak layak dikomsumsi sesuai permenkes 033 tahun 2012.
E.
SARAN
1.
Masyarakat harus lebih
teliti dalam memilih makanan yang mengandung bahan boraks. Cara memilih lontong
yang bebas boraks yaitu baunya lebih natural (bau daun), tekstur lembek dan
tidak terlalu padat, lengket saat dipotong, dan lontong yang dimasak tanpa
boraks hanya bertahan dalam kurun waktu 2-3 hari saja
2.
Sebagai tenaga kesehatan perlu memberikan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai boraks tentang bahaya-bahayanya apabila
digunakan pada makanan dan tidak digunakan sesuai dengan fungsinya.
3.
Perlunya kesadaran masyarakat untuk
membantu dalam mencegah boraks agar tidak digunakan dalam produk makanan.
LAMPIRAN
Sampel Lontong |
Menghaluskan Sampel |
Mencampurnya dengan aquades |
memanaskan sampel 5 menit |
Memasukkan 5 ml ke tabung |
Mengambil reagen boraks |
Meneteskan ke sampel 3 tetes |
Menghomogenkan reagen dengan sampel |
Meneteskan ke kertas skala |
Membandingkan dengan skala warna boraks |
Alat dan Bahan tes KIT boraks |
No comments:
Post a Comment